Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Helena Hia Tukan: Menyemai Harapan dari Hutan Flores

Di bawah terik matahari Flores yang kering, barisan pohon tampak merunduk lelah. Tanah retak, daun-daun gugur, dan angin membawa aroma debu yang khas dari Nusa Tenggara Timur, sebuah tanah yang indah sekaligus getir. 

Namun di tengah lanskap yang rapuh itu, seorang perempuan berdiri dengan keyakinan bahwa secuil madu bisa menumbuhkan harapan baru.

Namanya Helena Hia Tukan.

Bagi banyak orang, keindahan NTT berhenti pada lautan birunya dan bukit-bukitnya yang menawan. 

Tapi bagi Helena, di balik panorama itu tersembunyi cerita panjang tentang kekeringan, rendahnya hasil pertanian, dan hutan-hutan yang perlahan menghilang akibat budaya ladang berpindah. 

Ia tak bisa menutup mata ketika melihat tanah kelahirannya terus kehilangan daya hidupnya.

“Kalau hutan hilang,” ujarnya suatu hari pada para petani, “maka lebah pun tak akan datang. Dan tanpa lebah, kita kehilangan kehidupan.”

Dari kepedulian itulah lahir Rumadu. Rumah Madu, sebuah gerakan kecil yang Helena dirikan bukan sekadar untuk memproduksi madu, tapi untuk menyembuhkan hubungan antara manusia dan alam.

Dari Resah Menjadi Aksi

Masalah sosial di Flores tidak sederhana. Curah hujan yang rendah membuat hasil pertanian tak mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Ketika hutan dibuka untuk ladang baru, tanah kehilangan penyangganya, dan musim kemarau menjelma menjadi ancaman kebakaran.

Helena melihat lingkaran masalah itu seperti pusaran yang menelan harapan masyarakat.

Namun, di tengah keputusasaan itu, ia menemukan jawaban sederhana dalam setetes madu. Masyarakat lokal sudah lama mengenal madu hutan sebagai sumber makanan berharga, tetapi hanya tahu cara mengambil, bukan merawat. 

Helena ingin mengubah cara pandang itu. Ia ingin menjadikan madu bukan hasil rampasan alam, melainkan buah dari kerja sama dengan alam.

Maka lahirlah Rumadu, yang berawal dari 12 petani dengan satu keyakinan: bahwa menjaga hutan berarti menjaga masa depan.

Menebar Pengetahuan, Menuai Perubahan

Helena tidak sekadar mengajarkan cara panen madu. Ia memperkenalkan makna di balik setiap sarang yang bergantung di dahan pohon.

“Lebah itu guru,” katanya suatu kali sambil menunjukkan bagaimana lebah bekerja tanpa saling berebut. “Ia mengajarkan kita untuk mengambil secukupnya.”

Melalui pelatihan dan pendampingan, para petani mulai memahami siklus ekosistem: bagaimana hutan menyediakan pakan bagi lebah, lebah membantu penyerbukan tanaman, dan tanaman memberi kehidupan bagi manusia.

Perlahan, cara berpikir berubah. Lahan berpindah mulai ditinggalkan, dan hutan yang sempat gundul mulai menumbuhkan kembali hijaunya.

Perjalanan itu tidak mudah. Rumadu sempat tersendat karena keterbatasan dana, persaingan yang tidak sehat, dan kebiasaan lama yang sulit diubah. 

Tapi Helena tidak menyerah. Ia tahu perubahan tidak datang dari angka penjualan madu semata, melainkan dari kesadaran yang tumbuh di hati masyarakatnya.

Kini, lebih dari 50 petani telah bergabung. Mereka bukan lagi pengambil, melainkan penjaga hutan. Dan setiap botol madu Rumadu adalah cerita tentang kerja keras, ketekunan, dan cinta terhadap tanah sendiri.

Setetes Madu, Selaut Harapan


Helena tidak pernah bermimpi menjadi pahlawan. Ia hanya ingin membuat perubahan, sekecil apa pun. 

Namun inisiatif kecilnya ternyata menjalar luas. Pada tahun 2021, kiprahnya diakui secara nasional melalui Satu Indonesia Astra Award di bidang kewirausahaan.

Baginya, penghargaan itu bukan puncak, melainkan pintu pembuka bagi gerakan yang lebih besar. Ia mengajak siapa pun dari pelosok Flores hingga kota besar di Jawa untuk memulai langkah sederhana: menjaga lingkungan, memberdayakan sesama, dan membangun masa depan yang berkelanjutan.

“Perubahan tidak lahir dari hal besar,” katanya dengan senyum hangat. “Ia lahir dari keberanian untuk memulai.”

Dan di suatu pagi di Flores, di bawah langit yang mulai memerah, suara lebah kembali terdengar di antara dahan pohon. 

Hutan yang dulu sunyi kini berdenyut lagi membawa pesan dari Helena: bahwa dari setetes madu, harapan bisa tumbuh, dan dari satu hati yang peduli, sebuah pulau bisa bernapas kembali.

#APA2025-PLM

Posting Komentar untuk "Helena Hia Tukan: Menyemai Harapan dari Hutan Flores"